Sabtu, 19 Januari 2013

Peranan Pemimpin dalam Berkoalisi

PERANAN PEMIMPIN DALAM MEMBANGUN KOALISI
DALAM KONTEKS KEPEMIMPINAN1)
Oleh. Paul SinlaEloE2)


Berdasarkan Term of Reference (TOR) yang diberikan oleh penyelenggara kegiatan ini, maka pada kesempatan ini saya diminta  untuk menyampaikan pemikiran mengenai “PERANAN PEMIMPIN DALAM MEMBANGUN KOALISI DALAM KONTEKS KEPEMIMPINAN”. Agar materi yang akan saya paparkan ini menjadi terfokus pada judul, maka dalam materi ini pertama-tama akan diuraikan tentang konsep kepemimpinan. Selanjutnya akan digambarkan singkat tentang pentingnya koalisi sekaligus dengan peranan pemimpin dalam membangun koalisi.

Pada umumnya sudah diketahui oleh umum bahwa, kepemimpinan (Leadership) berasal dari kata pimpin yang berarti bimbing atau tuntun3). Akan tetapi pengertian kepemimpinan sering diartikan sesuai dengan latar belakang dari yang membuat definisi tersebut. Ada yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan seni dalam membujuk/menciptakan kesepahaman dengan  orang lain dalam rangka mengatur orang tersebut (Leadership As Art Inducing Comliance)4). Ada juga yang mengartikan kepemimpinan tidak lain dari kesiapan mental yang terwujud dalam kemampuan seseorang untuk memberi inspirasi kepada orang lain5). Bahkan ada pula yang memahami kepemimpinan sebagai sarana penggunaan pengaruh oleh pihak tertentu atas pihak lain untuk pelaksanaan tujuan atau maksud tertentu6).

Berkaitan dengan beberapa definisi tentang kepemimpinan di atas, maka dalam makalah ini, saya lebih cenderung untuk mendefinisikan kepemimpinan sebagai ilmu Penerapan Pengaruh7), kepada seseorang atau sekelompok orang dalam rangka pencapaian tujuan secara efisien dan efektif dengan prinsip kerjasama yang tulus8).

Jika pengertian kepemimpinan yang saya utarakan di atas, diterapkan atau dijalankan oleh seorang pemimpin dalam proses pencapaian tujuan dari suatu organisasi, maka dengan sendirinya pemimpin tersebut harus berfungsi sebagai: Pertama, Penggagas. Maksudnya, seorang pemimpin harus bisa mengembangkan suatu pandangan atau pendekatan baru untuk pemecahan persoalan yang dihadapi organisasi yang dipimpinnya secara sederhana, dengan berpikir kreatif analistis. Kedua, Pengarah. Artinya, seorang pemimpin harus menjelaskan peranan dari setiap anggotanya, dengan memberi petunjuk secara rinci mengenai apa yang harus dikerjakan, kapan, dimana, dan bagaimana cara kerjanya. Ketiga, Pendorong. Artinya, seorang pemimpin harus memberikan support dan motivasi kepada para anggotanya dalam segala persoalan, dengan melakukan pendekatan-pendekatan individu. Keempat, Pengawas. Maksudnya, seorang pemimpin harus mengontrol kinerja dari setiap anggotanya, dengan jalan lebih banyak melakukan kontak dengan para anggota dan juga harus memperlancar kontak antar anggota.

Sejalan dengan paradigma di atas, maka seorang pemimpin dalam menjalankan roda organisasinya idealnya harus memiliki beberapa kemampuan, yakni:  Pertama, berorientasi ke depan. Artinya, dalam menentukan kebijaksanaan dan pemecahan persoalan, masa yang akan datang harus diperhitungkan karena kita tidak hidup untuk masa lampau tetapi untuk masa yang akan datang. Kedua, berpola pikir ilmiah. Maksudnya, dalam mengambil suatu keputusan, tidak boleh didasarkan pada emosi semata-mata, tetapi harus dilakukan dengan prosedur yang baik dan benar, yakni penentuan masalah, pengmpulan data, penentuan data, analisa data dan penarikan kesimpulan. Ketiga, berprinsip efektif dan efisien. Artinya, dalam menyelesaikan suatu kegiatan harus dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, serta biaya dan sarana bahkan tenaga yang minimal, tetapi memperoleh hasil yang maksimal.

Terlepas dari konsep kepemimpinan yang saya tawarkan, perlu diketahui juga bahwa dalam menjalankan suatu kepemimpinan, seorang pemimpin dapat mempergunakan berbagai cara secara komplementer yang lazimnya dapat dikelompokan kedalam 3 (tiga) tipe9), yakni: Pertama, Tipe Otoriter dengan ciri-ciri kepemimpinannya adalah (1). Pemimpin menentukan segala kebijakan organisasi secara sepihak. (2).  Pemimpin tidak melibatkan para anggota dalam proses perumusan cara-cara untuk mencapai tujuan organisasi. (3). Pemimpin terpisah dari organisasi dan seakan-akan tidak ikut dalam proses interaksi organisasi. Kedua, Tipe Demokratis dengan ciri-ciri kepemimpinannya antaralain (1). Pemimpin selalu bermusyawarah mufakat para anggotanya dalam segala hal. (2). Pemimipin secara aktif ikut berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan organisasi. (3). Pemimpan dan para anggotanya dapat saling mengkritik (Ada Kritik Positif). Kedua, Tipe Bebas  dengan ciri-ciri kepemimpiannya (1). Pemimpin menjalankan perannya secara pasif. (2). Pemimpin menyerahkan kepada para anggotanya untuk menentukan cara-cara yang akan dipakai untuk mencapai tujuan organisasi. (3). Pemimpin hanya menyediakan berbagai sarana dan menyediakan arena yang diperlukan oleh para anggotanya.

Dalam menjalankan kepemimpinannya di “era persaingan tinggi” seperti sekarang ini, seorang pemimpin harus memahami dengan benar tentang koalisi. Hal ini disebabkan karena berkoalisi merupakan salah satu syarat untuk mencapai sukses ketika memperjuangkan tujuan tertentu dan atau cita-cita tertentu, yang hendak dicapai oleh individu maupun kelompok terentu. Dalam pengertian yang “sangat longgar” berkoalisi dapat dipahami sebagai bergabungnya berberapa kelompok organisasi dan atau individu yang bekerja sama dan sama-sama kerja dengan cara terkoordinsi menuju kearah tujuan dan atau cita-cita yang hendak dicapai bersma10). 
                                                
Sebelum memutuskan untuk berkoalisi, seorang pemimpin terlebih dahulu harus mencermati, apakah koalisi sejenis sudah ada atau belum. Kalau sudah ada, cobalah untuk mempertimbangkan bergabung dalam koalisi tersebut. Jika ternyata kita merasa tidak dapat bersinergi dengan koalisi yang ada, maka bangunlah koalisi sendiri. Hal-hal yang perlu di pertimbangkan sebelum memutuskan untuk bergabung dalam suatu koalisi adalah: (a). Apakah anggota dalam koalisi tersebut mempunyai reputasi yang baik?; (b). Siapa yang berperan (Charge) dalam koalisi? Apakah kelompok/organisasi yang ada dalam koalisi dapat bekerja sama dengan anda? Apakah mereka mempunyai skill untuk memimpin?; (c). Apa tujuan, strategi dan pendekatan yang dipakai oleh koalisi? Apakah ada konsensus antar anggota yang kuat dalam persoalan yang menjadi fokus advokasi?; (d). Apakah anggota dari koalisi mempunyai hubungan yang baik?; (e). Apa koalisi mempunyai sumber daya yang memadai untuk melancarkan agendanya?; (f). Peran apa yang ditawarkan pada organisasi anda sebagai anggota dari koalisi. 

Sedangkan untuk membangun sebuah koalisi pertama-pertama tanyakan terlebih dahulu pada kolega anda, apakah mereka mempunyai cukup waktu, energi dan komitmen yang dibutuhkan untuk suatu koalisi. Kemudian identifikasikanlah organisasi-organisasi yang bisa diajak berkoalisi.

Dalam memilih rekan yang akan diajak untuk membangun suatu koalisi, hal-hal yang mesti dijadikan pertimbangan adalah: (a). Bagaimana visi mereka?; (b). Apakah ada pertentangan ideologi?; (c). Apa potensi yang mereka miliki dan apa potensi yang lembaga kita miliki?; (d). Keuntungan-keuntugan apa yang dapat diperoleh jika kita melakukan koalisi dengan lembaga tersebut?; (e). Hal-hal apa yang jadi penghambat?

Untuk memastikan bahwa koalisi yang kita bangun dapat bekerja secara efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a). Mulai dengan membangun kepercayaan; (b). Harus ada kejelasan dalam pembagian kerja yang didasarkan atas potensi masing-masing lembaga; (c). Adanya kesepakatan antara anggota untuk memperjuangkan suatu isu untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan bersama; (d).  Tetapkan fokus terhadap isu; (e). Membuat aturan main yang disepakati bersama.

Demikianlah sumbangan pemikiran saya mengenai “PERANAN PEMIMPIN DALAM MEMBANGUN KOALISI DALAM KONTEKS KEPEMIMPINAN”, kiranya bermanfaat dan ini dapat mengantarkan kita pada suatu diskusi yang lebih luas.




Kupang, 18 Januari 2008
KEPEMIMPINAN ITU TINDAKAN BUKAN JABATAN, KARENANNYA
PEMIMPIN SEJATI ITU TIDAK BUTUH MEMIMPIN






1) Materi ini dipresentasikan dalam Pelatihan, Ketrampilan Kepemimpinan Mahasiswa, yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Univ. Nusa Cendana (BEM-UNDANA) Kupang, di Aula BAAKPSI UNDANA, Kota Kupang, pada tanggal 19 Januari 2008.
2) Staf Div. Anti Korupsi PIAR NTT
3) W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka), Jakarta, 1991. Hal. 754.
4) Ralph M. Stogdill, A Handbook of Leadership, (The Free Press), New York, 1974. P.9.                                   
5) Dr. I Wayan Mertha Sutedja, Kepemimpinan Tradisonal Sebagai Landasan Kepemimpinan Nasional Berdasarkan Pancasila, dalam MIMBAR BP-7, No. 22/IV/1996, (BP-7 Pusat), Jakarta, 1986. Hal. 7.
6) Dr. O. Notohamidjojo, SH, Kepemimpinan dan Pembinaan Pemimpin, (YBD & UKSW), Salatiga, 1993. Hal. 8.
7) Penerapan pengaruh adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain, agar orang yang dipengaruhi tersebut dapat : Pertama, menerima suatu garis kebijaksanaan yang telah ditetapkan bersama dengan ikhlas. Kedua, mematuhi kebijaksanaan yang telah ditetapkan tersebut dengan segenap hati. Ketiga, melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan tersebut secara sukarela. Lihat, Paul SinlaEloE, Kepemimpinan dan Organisasi Kemahasiswaan Dalam Kaitannya Dengan Mengembangan Kemahasiswaan di Universitas Kristen Artha Wacana, Makalah, Diskusi Terbatas, “Kepemimpinan dan Organisasi Kemahasiswaan”, pada kegiatan Masa Bimbingan Mahasiswa Baru Fakultas Hukum Universitas Kristen Artha Wacana (FH-UKAW) Periode 2000/2001, yang dilaksanakan oleh Senat Mahasiswa FH-UKAW (Panitia MABIM FH-UKAW Periode 2000/2001), di Aula Kampus UKAW, Kota Kupang, pada tanggal 14 Oktober 2000.
8) Definisi yang saya utarakan ini bertolak dari realitas bahwa kepemimpinan dalam berbagai dimensi mempunyai keterkaitan erat dengan ilmu komunikasi dan ilmu physicologi yang dapat dikembangkan melalui pendekatan keilmuan, metode ilmiah dan gejala sosial.
9) Ketiga tipe yang lazim dimiliki/dipergunakan oleh seorang pemimpin ini, idealnya harus diterapkan sesuai dengan situasi yang dihadapi.
10) Paul SinlaEloE, ADVOKASI ANGGARAN: Alternatif Dalam Meminimalisir Terjadinya Korupsi, Artikel dalam Harian Kota KURSOR, tanggal 3 Desember 2004.


TRANSLATE
English French German Spain Italian DutchRussian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
OMong POLitik:
Kalau ingin berjuang, kita tidak boleh tunduk pada fakta... kita harus melawan fakta dan membuat fakta baru...